PENDAHULUAN
Etika sangat penting bagi pengembangan ilmu, apapun
disiplinnya. Tanpa mempertimbangkan tujuan untuk kehidupan kemanusiaan dan
keberlangsungan lingkungan hidup baik hayati maupun non hayati adalah
pembunuhan diri eksistensi manusia. Etika merupakan salah satu bagian dari
teori tentang nilai atau yang dikenal dengan aksiologi. Aksiologi itu sendiri
ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau
dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak cabang
pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang khusus seperti
ekonomi, estetika, etika, filsafat agama dan epistimologi.
Diberbagai media massa banyak membicarakan
tentang teroris yang melakukan serangkaian pemboman di berbagai tempat di
Indonesia. Di balik bom teroris tersebut ternyata menyisakan suatu masalah
bahwa pemahaman keagamaan yang tidak didialogkan dengan
permasalahan-permasalahan yang sudah ada sebelumya dan tidak dikomunikasikan
dengan ilmuwan agama lainnya ternyata bisa menimbulkan korban manusia-manusia
tak bersalah. Contoh diatas merupakan salah satu problem etika dalam ilmu.
Dalam makalah ini saya akan sedikit menjelaskan tentang :
a. Apakah problem etika dalam
ilmu?
b. Apakah ilmu itu bebas
nilai atau tidak bebas nilai?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Etika ilmu: Problem Nilai
dalam Ilmu
Etika merupakan salah satu bagian dari teori
tentang nilai atau yang dikenal dengan aksiologi. Etika mencakup
persoalan-persoalan tentang hakikat kewajiban moral, prinsip-prinsip moral
dasar, apa yang harus manusia ikuti dan apa yang baik bagi manusia. Etika
adalah pembahasan mengenai baik (good), buruk (bad), semestinya (ought to),
benar (right), dan salah (wrong). Yang paling menonjol adalah tentang baik atau
good dan teori tentang kewajiban (obligation). Keduanya bertalian dengan hati
nurani. Bernaung di bawah filsafat moral. Etika merupakan tatanan konsep yang
melahirkan kewajiban itu, dengan argument bahwa kalau sesuatu tidak dijalankan
berarti akan mendatangkan bencana atau atau keburukan bagi manusia. Oleh karena
itu, etika pada dasarnya adalah seperangkat kewajiban-kewajiban tentang
kebaikan (good) yang pelaksanaanya tidak ditunjuk.
Penerapan dari ilmu membutuhkan dimensi etis
sebagai pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh pada proses
perkembangan ilmu. Tanggung jawab etis, merupakan hal yang paling menyangkut
kegiatan maupun penggunaan ilmu. Dalam hal ini berarti ilmuwan dalam
mengembangkan ilmu harus memperhatikan kodrat dan martabat manusia, manjaga
keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan umum, dan generasi
yang akan datang, serta bersifat universal, karena hakikat ilmu adalah untuk
mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan
eksistensi manusia.
Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut
mengupayakan penerapan ilmu secara tepat dalam kehidupan manusia. Akan tetapi,
menyadari juga apa yang seharusnya di kerjakan atau tidak dikerjakan untuk
memperkokoh kedudukan serta martabat manusia, baik dalam hubungannya sebagai
pribadi, dengan lingkungannya maupun sebagai makhluk yang bertanggung jawab
terhadap khaliknya.
Jadi tugas terpenting ilmu adalah menyediakan
bantuan agar manusia dapat sungguh-sungguh mencapai pengertian tentang martabat
dirinya. Ilmu bukan saja sarana untuk mengembangkan diri manusia, tetapi juga
mrupakan hasil perkembangan dan kreatifitas manusia itu sendiri.
Dalam diskusi tentang ilmu dan etika muncul
perdebatan yang panjang antara pandangan yang memegangi bahwa ilmu adalah bebas
nilali dan pandangan yang mengatakan bahwa ilmu itu tidak bebas nilai. Berikut
ini di jelaskan maksud kedua pandangan tersebut.
2. Ilmu: Bebas nilai atau Tidak
Bebas Nilai
a. Bebas Nilai
Aliran ini memandang bahwa ilmu itu harus bersifat
netral, bebas dari nilai-nilai ontologi dan aksiologi. Dalam hal ini, fungsi
ilmuwan adalah menemukan pengetahuan selanjutnya terserah kepada orang lain
untuk mempergunakan untuk tujuan baik atau buruk. Kelompok pertama ini ingin
melanjutkan tradisi kenetralannya secara total seperti pada waktu Galileo.
Menurut aliran ilmu bebas nilai atau value free pembatasan-pembatasan etis
hanya kan membatasi eksplorasi pengembangan ilmu. Bebas nilai sebagaimana
Situmorang menyatakan bahwa bebas nilai artinya tuntutan terhadap setiap
kegiatan ilmiah agar di dasarkan pada hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Menurutnya ada tiga factor sebagai indikator bahwa pengetahuan itu bebas nilai,
yaitu sebagai berikut:
Ø Ilmu harus bebas dari
pengandaian, yakni bebas dari pengaruh eksternal seperti factor politis,
idiologis, agama, budaya, dan unsure kemasyarakatan lainnya
Ø Perlunya kebebasan ilmiah agar
otonomi ilmu pengetahuan terjamin. Kebebasan itu menyangkut kemungkinan yang
tersedia dan penentuan diri
Ø Penelitian ilmiah tidak luput
dari pertimbangan etis yang sering di tuding menghambat kemajuan ilmu, karean
nilai etis itu sendiri bersifat universal
Dalam pandangan ilmu bebas nilai, eksplorasi alam
tanpa batas bisa jadi di benarkan untuk kepentingan ilmu itu sendiri, seperti
juga ekspresi seni yang menonjolkan pornoaksi dan pornografi adalah sesuatu
yang wajar karena ekspresi tersebut semata-mata untuk seni.
b. Tidak Bebas Nilai
Berbeda dengan ilmu yang bebas nilai, ilmu yang
tidak bebas nilai memandang bahwa ilmu itu selalu terkait denagn nilai dan
harus di kembangkan dengan pertimbangan aspek nilai. Pengembangan ilmu jelas
tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai, kepentingan-kepentingan, baik
politis, ekonomis, sosial, religious, dsb.
Jurgen habermas berpendapat bahwa ilmu bahkan ilmu
alam sekalipun tidaklah mungkin bebas nilai karena pengembangan setiap ilmu
selalu ada kepentingan-kepentingan. Dia membedakan tiga ilmu dengan kepentingan
masing-masing
Ø Ilmu-ilmu alam yang bekerja
secara empiris dan analitis, ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam yang
bekerja secar aempiris dan menyajikan hasil penyelidikan itu untuk
kepentingan-kepentingan manusia.
Ø Pengetahuan yang mempunyai
pola yang sangant berlainan sebab tidak menyelidiki sesuatu dan tidak
menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai sesamanya,
memperlancar hubungan sosial.
Ø Teori kritis yang membongkar
penindasan dan mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri.
Jelas sekali dalam pandangan habermas bahwa ilmu
itu sendiri di kontruksi untuk kepentingan-kepentingan tertentu, yakni nilai
relasional antara manusia denagn alam, manusia denagn manusia, dan nilai
penghormatan terhadap manusia.
Problem ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai
sebenarnya menunjukkan suatu hubungan antara ilmu dan etika. Dapat pendapat
yang mengatakan bahwa ada tiga pandangan tentang hubungan ilmu dan etika.
Pendapat pertama, mengatakan bahwa ilmu merupakan
suatu system yang saling berhubungan dan konsisten dari ungkapan-ungkapan yang
sifat bermakna atau tidak maknanya dapat ditentukan. Ilmu dipandang semata-mata
sebagai aktivitas ilmiah, logis, dan berbicara tentang fakta semata.
Pendapat kedua, menyatakan bahwa etika dapat
berperan dalam tingkah laku ilmuwan, seperti pada bidang penyelidikan,
putusan-putusan mengenai baik tidaknya penyingkapan hasil-hasil dan petunjuk
mengenai penerapan ilmu, tetapi tidak dapat berpengaruh pada ilmu itu sendiri.
Dengan kata lian memang ada tanggung jawab dalam diri ilmuwan, namun dalam
struktur logis ilmu itu sendiri tidak ada petunjuk etis yang dipertanggung
jawabkan.
Pendapat ketiga, menyatakan bahwa aktivitas ilmiah
tidak dapat dilepaskan begitu saja dari aspek-aspek kemanusiaan, sebab tujuan
utama iolmu adalah untuk kemaslahatan umat manusia.
Berlainan dengan etika ilmu lebih menekankan
pentingnya obyektivitas kebenaran, bukan nilai. Yang terpenting dalam ilmu
bukanlah nilai melainkan kebenaran. Namuan demikian dalam aspek penggunaan atau
penerapan ilmu untuk kepentingan kehidupan manusia dan ekologi, etika memiliki
peran yang sangant menentukan tidak hanya bagi pengembangan ilmu selanjutnya
tetapi juga bagi keberlangsungan eksistensi manusia.
Etika dengan demikian lebih merupakan suatu
dimensi pertanggung jawabab moral dari ilmu. Apabila diperhatikan dengan
seksama. Sebenarnya berpihaknya ilmu pada etika bukan berarti menghambat laju
pengembangan ilmu. Karena pertanggungjawaban etis dari ilmu lebih bermakna pada
keberlangsungan eksistensi manusia. Jika hal ini terjadi ancaman eksistensi
manusia dan kerusakan ekologi bisa mudah terjadi dan oleh karenanya
pengembangan ilmu juga akan terganggu.
3. Problematika Etika dan
Tanggungjawab Ilmu Pengetahuan
Kenyataan bahwa ilmu
pengetahuan tidak boleh terpengaruh oleh nilai-nilai yang letaknya di luar ilmu
pengetahuan , dapat diungkapkan juga dengan rumusan singkat bahwa ilmu
pengetahuan itu seharusnya bebas . Namun demikian jelaslah kiranya bahwa
kebebasan yang dituntut ilmu pengetahuan sekali-kali tidak sama dengan
ketidakterikatan mutlak. Patutlah kita menyelidiki lebih lajut bagaimana
kebebasan ini.
Bila kata “kebebasan”
dipakai, yang dimaksudkan adalah dua hal: kemungkinan untuk memilih dan
kemampuan atau hak subjek bersangkutan untuk memilih sendiri. Supaya terdapat
kebebasan, harus ada penentuan sendiri dan bukan penentuan dari luar.
Etika memang tidak masuk dalam kawasan ilmu
pengetahuan yang bersifat otonom, tetapi tidak dapat disangkal ia berperan
dalam perbincangan ilmu pengetahuan.
Tanggungjawab etis,
merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun penggunaan ilmu pengetahuan.
Dalam kaitan hal ini terjadi keharusan untuk memperhatikan kodrat manusia,
martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggungjawab pada
kepentingan umum, kepentingan pada generasi mendatang, dan bersifat universal .
Karena pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah untuk mengembangkan dan
memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia.
Tanggungjawab etis ini
bukanlah berkehendak mencampuri atau bahkan “menghancurkan” otonomi ilmu
pengetahuan, tetapi bahkan dapat sebagai umpan balik bagi pengembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri, yang sekaligus akan memperkokoh eksistensi manusia.
Pada prinsipnya ilmu
pengetahuan tidak dapat dan tidak perlu di cegah perkembangannya, karena sudah
jamaknya manusia ingin lebih baik, lebih nyaman, lebih lama dalam menikmati
hidupnya. Apalagi kalau melihat kenyataan bahwa manusia sekarang hidup dalam
kondisi sosio-tekhnik yang semakin kompleks. Khususnya ilmu pengetahuan –
berbentuk tekhnologi – pada masa sekarang tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan
manusia, tetapi sudah sampai ketaraf memenuhi keinginan manusia. Sehingga seolah-olah
sekarang ini tekhnologilah yang menguasai manusia bukan sebaliknya
BAB III
PENUTUP
Berbicara etika sama artinya dengan berbicara
tentang moral atau susila, mempelajari kaidah-kaidah yang membimbing kelakuan
manusia sehingga baik dan lurus. Penilaian moral diukur dari sikap manusia
sebagai pelakuknya, timbul pula perbedaan penafsiran. Dari makalah yang telah
saya jelaskan tadi kita dapat mengetahui bahwa etika itu sangat penting bagi
pengembangan ilmu.
Karena ilmu itu diciptakan kemaslahatan umat
manusia, ketika pengembangan ilmu tidak dibarengi dengan etika maka
bayangkanlah risiko bahwa ilmu akan terkutuk menjadi perkakas yang berbahaya,
yang bergiat demi penghambaannya kepada jenderal-jenderal yang gila perang dan
gembong-gembong kekaisaran industri yang rakus. Etika merupakan cabang filsafat
yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan
baik buruk.
Dengan belajar etika diharapkan kita dapat
mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik menurut suatu teori-teori
tertentu, dan sikap yang baik sesuatu dengan kaidah etika.
SUMBER :
http://memorykuliah.blogspot.com/2009/12/makalah-filsafat-ilmu-etika-dalam-ilmu.html